Rabu, 29 Mei 2013

KOMUNITAS MENUJU JEPARA BARU (KMJB)

KOMUNITAS MENUJU JEPARA BARU (KMJB)

Visi  KMJB  yaitu : Bersatu, mewujudkan Jepara Jaya, adil, aman, nyaman, makmur dan sejahtera  dalam bingkai NKRI, gemah ripah loh jinawe.


Misi    KMJB    yaitu :

  1. Mewujudkan Jepara Baru yang lebih baik dan kondusif  bersama-sama dengan    pemerintah , masyarakat, tokoh masyarakat/agama, ormas, parpol, kalangan pengusaha dan pendidikan secara konsisten
  2. Mendorong tumbuh-kembangnya perekonomian Jepara yang berbasis ekonomi kerakyatan
  3. Mendorong terwujudnya penegakan hukum secara adil, tegas dan bijaksana yang terhindar dari adanya praktek “mafia hukum” di Jepara.
  4. Mendorong terwujudnya semangat nasionalisme yang dijiwai nilai-nilai religius dan sikap kepahlawanan Ratu Shima yang jujur dan adil, semangat heroik Ratu Kalinyamat dan nilai-nila positif perjuangan emansipasi wanita RA. Kartini untuk membakar semangat generasi muda dalam membangun Jepara, dan menjadikan NKRI sebagai harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
  5. Mendorong terwujudnya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Untuk mengantarkan KMJB menuju Jepara Baru yang sesungguhnya sesuai misi dan misinya tidaklah mudah, bahkan kadang ada teman-teman kita yang  memandang  bahwa Jepara Baru adalah ibarat sebuah mimpi disiang bolong dan semua itu hanyalah sebagai fatamorgana dan membuang-buang waktu percuma, opo yo isoooo.....???!!!, andai saja kamu tahu seluk beluk “rimbanya birokrasi”  yang sudah mendarahdaging sedemikian rupa, kata-kata kondusif hanyalah kata ganti untuk semakin memperkuat dan mempertahankan kedudukan betapa enaknya selalu bertahan ditempat-tempat basah pemerintahan....hanya ada satu kata yang paling tepat ikut seruan Iwan Fals, Bongkar...bongkar...dan bongkar.....

 Begitulah kisah nyata yang dituturkan teman-teman ngobrol off line maupun teman-teman on line  yang berkomentar  di jejaring sosial “ Group : “Komunitas Menuju Jepara Baru ”,  ada yang memang  merasa pesimis,  meskipun demikian banyak sekali  teman-teman lain yang memberikan dukungan all out terhadap konsep Jepara Baru, baik melalui on-line maupun secara off-line, ataupun hanya sebatas dukungan moral sekalipun. Apapun masukan dari teman-teman baik yang negatif maupun positif adalah sah-sah saja, itulah dinamika hidup yang penuh dengan warna-warni yang harus kita hargai.

Adanya sebagian teman-teman yang  bersikap pesimis dan skeptis seperti itu adalah sangat wajar dan manusiawi mengingat kondisi Pemerintahan Jepara sekarang ini baru dirundung keterpurukan ekonomi, masih lemahnya penegakan hukum, kualitas pendidikan nasional yang rapuh dan kualitas pelayanan kesehatan yang dinilai masih rendah, belum lagi sikap mental sebagian birokrat yang cendrung KKN  dan belum bisa dijadikan contoh yang baik dalam bekerja dan berinteraksi sosial secara maksimal di lingkungan mereka bertimpat tinggal, kemudian disisi lain sebagian masyarakat merasa jenuh, letih dan lesu dalam berpolitik dan “berpemerintahan”, seakan masyarakat sekarang ini merasa tidak ada lagi tokoh yang dapat dijadikan panutan, sehingga jalan pintaspun akan dilalui dengan prinsip “Jual-Beli” kepentingan,  yang penting tahu sama tahu sama dengan uang.

Dalam menghadapi delematis keragu-raguan teman kita yang pesimis dan skeptis terhadap Jepara Baru, ada jawaban dari Ustad Yusuf Mansur dalam bukunya : ”Semua Bisa Jadi Pengusaha”  yang diterbitkan  Penerbit  Zikrul Hakim,  cetakan pertama 2012, beliau menulis dalam mukhoddimahnya :

“ Menuju Jepara Baru tidak sesulit yang kita kira. Sungguh  ia menjadi mudah buat mereka yang menyakini ini mudah, dan semakin mudah buat mereka yang yakin Allah itu Maha Memudahkan, mereka yang bermodalkan yakin saja agar Jepara Baru terwujud. Maka  seorang mukmin,  sejak yakin dan mau bergerak  memulai, meskipun Jepara Baru belum berwujud, sudah menjadi ibadah jika diniati dengan baik ” 

Apa yang disampaikan Ustad Mansur tersebut adalah menjadi cambuk dan semangat bagi kita untuk mewujudkan Jepara Baru meskipun secara redaksional ada kalimat yang dipinjam untuk menyesuaikan tema ini, yaitu kalimat  Jadi Pengusaha diganti Menuju Jepara Baru (mohon ma’af pak ustad).

Dengan berdoa dan diawali dengan niat yang baik dari setiap individu masyarakat Jepara sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing, kemudian mau bergerak selangkah demi selangkah, bergandeng tangan merapatkan barisan, menyingsingkan lengan baju dengan menerapkan semangat kejujuran dan keadilan Ratu Shima dalam membangun tata kelola pemerintahan, semangat  heroik Ratu Kalinyamat untuk berjuang melawan “KKN Birokrasi” dan semangat kepahlawan RA Kartini dalam memperjuangkan pendidikan dan emansipasi wanita Jepara agar generasi Jepara kedepan tidak miskin ilmu pengetahuan, Jika kita semua memang ada kemauan pastilah ada jalan, setidaknya dalam hatinya mau berdoa , maka Tuhanpun akan mendengarkan dan mengabulkanya. Janji Allah siapa yang mau berdoa kepada-Nya pastilah akan dikabulkanya.

Dr. H. Subroto, SE,MM , saat menulis di Gelora, Edisi 144/Maret 2013 dalam memperingati Hari Jadi ke-464  menjelaskan :

“ Sudah sepantasnya dibalik usia yang sangat mapan untuk ukuran hari jadi sebuah daerah, kita semu, terutama jajaran birokrasi Pemerintah Kabupaten Jepara, bermawas diri dan berintrospeksi diri. Sudah sejauhmanakah eksistensi kita (birokrasi dan lembaga pemerintahan daerah) bermanfaat dan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Jepara ?”

Memang seharusnya kita merasa malu bahwa Jepara diusianya yang sudah cukup lama yang sudah memasuki hari jadi Jepara ke-464 rating-nya justru semakin menurun yang ditandai rusak dan parahnya bangunan infra struktur terutama jalan-jalan yang semakin tidak layak pakai kalaupun dibangun, itu cuma sekedar tambal menambal, rakyat Jepara tidak butuh jawaban lesan yang hanya membela diri  atas sebuah ketidak mampuan para pemimpin daerah, cobalah kita sedikit melongok ke daerah kabupaten-kabupaten sebelah seperti apa kemajuan di bidang infrastruktunya dan sebagainya?

Sudah saatnya pemerintah daerah bermawasdiri dan berinstrospeksi diri secara bersungguh-sungguh untuk mengatasinya agar tidak ketinggalan dengan kabupaten-kabupaten lainya, kita sekarang ini bukan hidup pada zaman Aladin yang hanya bisa bersila dan bermantra bin salabin langsung dapat apa yang kita inginkan, kita juga tidak hidup pada zaman Walisongo dimana pernah Sunan Bonang waktu ketemu Raden Sahid (waktu masih jadi brandal) bisa menyabda buah aren jadi emas dan sebagainya, tetapi keajaiban Allah  akan datang dengan diiringi semangat bekerja yang keras mengerahkan segala kemampuan secara maksimal, senantiasa berfikir kreatif dan inovatif untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul di masyarakat, melakukan pengembaraan dana demi kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, senantiasa responsif terhadap setiap masukan dan saran dari masyarakat  untuk secepatnya dibahas dan diselesaikan sebagai salah satu wujud nyata terhadap kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

Sekali lagi masyarakat Jepara butuh bukti bukan janji atau hanya sekedar bosa-basi. Oleh karena itu untuk mensejahterakan rakyat Jepara adalah tanggungjawab para jajaran birokrasi pemerintahan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga diharapkan pemimpin daerah Jepara (duet Marzuki-Subroto) harus konsisten terhadap keperpihakan kepada rakyat dan  benar-benar  harus berani pasang badan dalam mensejahterakan dan melindungi rakyatnya khususnya bertanggung jawab terhadap realisasi visi dan misinya serta slogan-slogan yang pernah dijanjikan saat menjelang Pilbub tersebut, itulah pemimpin daerah dan jajaran birokrasi yang bermartabat dan bermanfaat bagi rakyatnya.

Dengan adanya keperperpihakan pemerintah terhadap rakyatnya secara nyata,  konsisten dan bertanggungjawab, maka secara otomatis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin daerah akan terbangun dengan baik, namun jika hal tersebut terlewati maka lambat laun kepercayaan masyarakat akan menipis dan luntur, seperti yang telah dijelaskan dalam lanjutan tulisan....

“...bahwa salah satu masalah krusial dari menipisnya  kepercayaan publik atas penguasanya justru terletak pada cara berfikir (state of mind) yang telah mendarahdaging dalam praktek tatanan kehidupan politik pemerintahan..oleh karena itu sangat diperlukan keberanian seorang kepala daerah (duet Marzuki-Subroto, red) untuk memikul tanggungjawab besar dalam  mensejahterahkan rakyatnya, berapapun resiko politik yang akan ditanggungnya...”.

Sejatinya untuk membagun kepercayaan masyarakat sangat dibutuhkan keberanian untuk pasang badan  dari para penguasa daerah untuk melakukan perubahan- perubahan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, keperpihakan terhadap  ekonomi kerakyatan secara konsisten, tegas,  rela membela dan melindungi secara maksimal terhadap rakyatnya...”

Adapun yang perlu digaris bawahi dari uraian tersebut adalah bahwa untuk menuju Jepara Baru haruslah diniati dengan hati yang tulus,  yakin dan optimis, mau bergerak, berani mengambil resiko dalam melakukan perubahan, baik terhadap tata cara berfikir (sate of mind) maupun terhadap sikap mental birokrat dan lembaga pemerintahan yang selama ini sudah mendarahdaging yang diawali dari segenap para pemimpin daerah dan segenap jajaran birokrasi yang ada mulai dari hulu sampai hilir sekalipun

              Dengan demikian secara tidak langsung akan terbangunya kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga dapat mendorong kepada masyarakat itu sendiri untuk ikut serta membangun Jepara yang lebih baik.

          Sebenarnya apa yang disampaikan dan diuraikan Dr. H. Subroto, SE,MM tersebut dalam artikel Majalah Gelora tersebut adalah salah satu kunci dalam membuka Jepara Baru di bidang ekonomi, hanya saja persoalanya adalah sejauhmana konsistensi dan tanggungjawab moril para pemimpin daerah dan jajaran birokrasi dapat menyerap dan mengimplementasikan teori tersebut dalam tataran kehidupan nyata pemerintahan sekarang ini mapun yang akan datang sampai akhir periode di tahun 2017.

      Oleh karena itu dengan munculnya KMJB (Komunitas Menuju Jepara Baru ) yang didirikan tanggal 10 April 2013, juga akan merespon dan memberikan umpan balik atas beberapa hal atas sebuah  “catatan yang hilang”  dari pemerintah untuk rakyat dan dari rakyat untuk pemerintah sehingga pada akhirnya akan terjadi keseimbangan yang lebih nyata dalam membangun Jepara Baru yang sesungguhnya

       Dalam kondisi seperti sekarang ini hendaknya Pemerintah Jepara selaku pemegang kebijakan dan sekaligus sebagai ”operator demokrasi”,  cepat tanggap dan secepatnya dapat merespon dan mengapresiasi Konsep Jepara Baru  tersebut untuk  dikaji lebih mendalam  dari segi positif-negatifnya agar tidak menjadi  “bola liar”  yang melewati batas sejarah yang berkepanjangan.

KMJB bersifat independen dan terbuka kepada siapa saja yang mempunyai rasa kepedulian dan keinginan  dalam membangun Jepara supaya lebih baik, maka sangat  dipersilahkan untuk bergabung dengan KMJB ini,  begitu juga  KMJB  sangat  terbuka kepada teman-teman lintas agama , suku, petani, nelayan, para pekerja, pedagang, kalangan pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat maupun ormas, parpol dan sebagainya.

PENGERTIAN JEPARA BARU

         Secara umum KMJB dibentuk oleh LSM Bina Bangsa yang juga tergabung dalam FOR SL Jepara, dengan dibentuknya KMJB maka dalam melakukan aktivitas dan programnya KMJB mempunyai hak otonom di bawah naungan LSM Bina Bangsa.Sebagai tindak lanjut dalam menyikapi istilah Jepara Baru tersebut LSM Bina Bangsa  telah mengirim surat pada Bpk Bupati Jepara tertanggal 14 Maret 2013, kemudian pada tanggal 3 Aprl 2013 setelah dikonfirmasi di bagian Humas ternyata  hasil memo tersebut akan ditindaklanjuti dengan audiensi,  yaitu pada tanggal 13 Mei 2013. Sedangkan audiensi dengan Wakil Bupati Jepara dilaksanakan sebelumnya yaitu pada tanggal 24 April 2013.

Adapun mengenai pokok isi surat tersebut  adalah memuat beberapa permasalahan pokok antara lain : 1). Memperkenalkan istilah Jepara Baru, 2).  Mengusulkan pembuatan buku sejarah Ratu Shima untuk umum dan pendidikan, 3. Mengusulkan Pembuatan film dokumenter  Ratu Shima, 4) Pembuatan Monumen Ratu Shima sebagai simbul dan karakter  semangat mengenang Keadilan dan Kejayaan Ratu Shima dan 5). Mengusulkan untuk mempertimbangkan  keberadaan Patung Macan Kurung yang berada di perbatasan Jepara-Kudus untuk direlokasi ke tempat asal ciri khas masyarakat Mulyoharjo.

Pada prinsipnya pengertian Jepara Baru adalah  sebuah cita-cita luhur terwujudnya tatanan baru pemerintahan Jepara yang lebih baik, kondusif, progresif ,  saling menghormati , menjaga kerukunan antar umat beragama dan golongan serta berusaha  memaksimalkan SDM dan SDA yang ada dengan sebaik-baiknya  demi kemakmuran, kejayaan dan kesejahteraan masyarakat Jepara  yang dilandasi kejujuran dan keadilan yang bermanfaat  untuk kepentingan Masyarakat Jepara dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, baik  yang bersifat nasional maupun internasional.
                     
           Salah satu kunci menemukan Jepara Baru adalah bagaimana cara memandang dan menembus batas fenomena alam Jepara secara spriritual dan bagaimana cara menyatukan   antara jiwa  masyarakat , jiwa  para Steak holder dengan raganya  sendiri yang selama ini seakan terpisahkan oleh kemiskinan dan rasa keadilan yang terluka,  kemudian diformulasikan dalam bentuk realitas kehidupan nyata dengan semangat baru, batas sejarah dan momentum yang tepat sehingga terjalin komunikasi keseimbangan antara kesucian jiwa dan raganya dalam membangun Jepara Baru  yang sesungguhnya

            Dengan demikian akan sanggup memancarkan  kekuatan energi positif kesetiap individu masyarakat Jepara dan para steak holder  dalam bentuk kesadaran moral dan spritual dalam  membangun Jepara Baru yang lebih baik, kondusif, progesif serta terwujudnya terselenggaranya pemerintahan yang  bersih dan berwibawa.

           Dengan demikian yang dimaksudkan Jepara Baru bukanlah suatu usaha untuk menggantikan pemerintahan yang sudah ada dengan pemerintahan yang baru, melainkan sebuah  tawaran solusi tentang suatu usaha untuk membangkitkan semangat baru dalam membangun Jepara kedepan dengan memanfaatkan momentum hari jadi Jepara yang ke 464 dan Peringatan Hari RA. Kartini sebagai setting mengawali sebuah sejarah baru, terutama menjadikan momentun tersebut sebagai era kebangkitan Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat serta  semangat RA. Kartini dalam menuju Jepara Baru.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More